Dalil Dianjurkannya Bertabarruk dengan Peninggalan Orang Sholih


Bismillah Ar-rahmaan Ar-rahiim.
Tabarruk merupakan salah satu amalan yang sangat lazim diamalkan di kalangan ahlussunnah wal jama’ah. Salah satu bentuk tabarruk adalah bertabarruk dengan peninggalan orang-orang sholih. Dan amalan ini termasuk  amalan yang dianjurkan. Permasalahan ini sudah dijelaskan oleh Al-Imaam an-Nawawi rahimahullaah di dalam kitab beliau Shahih Muslim Bi Syarh an-Nawawi  ( Shahih Muslim karya al-Imaam Muslim bin al Hajjaj (Imam Ahli hadits), dengan syarahnya karya Imam Yahya bin Syaraf an Nawawi).
Berikut ini adalah dalil yang diambil dari kitab karya al-Imaam an-Nawawi rahimahullah tersebut:

Berikut ini terjemahan yang diberi tanda:

“Dia (Asma’ binti Abi Bakar ash-Shiddiq) mengeluarkan jubah –dengan motif– thayalisi dan kasrawani (semacam jubah kaisar) berkerah sutera yang kedua lobangnya tertutup. Asma’ berkata: “Ini adalah jubah Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam. Semula ia berada di tangan ‘Aisyah. Ketika ‘Aisyah wafat maka aku mengambilnya. Dahulu jubah ini dipakai Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam, oleh karenanya kita mencucinya (agar diambil berkahnya) sebagai obat bagi orang-orang yang sakit”. Dalam riwayat lain: “Kita mencuci (mencelupkan)-nya di air dan air tersebut menjadi obat bagi orang yang sakit di antara kita”.

Selanjutnya di dalam men-syarh hadits tersebut, al-imaam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan (perhatikan bagian yang diberi tanda):Dalam menjelaskan riwayat di atas Imam an-Nawawi menuliskan: Dalam riwayat ini terdapat dalil dalam anjuran untuk mencari berkah dengan peninggalan-peninggalan orang-orang saleh dan dengan baju mereka.

Dengan dalil ini, dengan jelas amalan bertabarruk dengan peninggalan orang sholih sudah dicontohkan dan diamalkan oleh para shahabat Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam, dalam hal ini diamalkan oleh Sayyidatuna Asma’  binti Abu Bakr radhiyallaah ‘anhaa. Bukankah Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam adalah semulia-mulianya orang sholih? Dan pada riwayat diatas, disebutkan dengan jelas bahwasanya sayyidatunaa Asma’ binti Abu Bakr ash-shiddiq radhiyallaah ‘anhaa berkata: “Ini adalah jubah Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam. Semula ia berada di tangan ‘Aisyah. Ketika ‘Aisyah wafat maka aku mengambilnya. Dahulu jubah ini dipakai Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam, oleh karenanya kita mencucinya (agar diambil berkahnya) sebagai obat bagi orang-orang yang sakit”.

Semoga bermanfaat.

23 thoughts on “Dalil Dianjurkannya Bertabarruk dengan Peninggalan Orang Sholih

  1. shohih apa gak tuh? gmana tafsiran selain imam nawawi, klo taklid sama satu imam tok sama aja gak ilmiah donk…

    • ^_^
      Ternyata anda tidak membaca kalimat demi kalimat di artikel di atas…

      itu hadits Shohih yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim rahimahullaah. Dan oleh al-imaam an-Nawawi rahimahullah hadits tersebut disyarhkan di dalam kitabnya “Shahih Muslim Bi Syarh an-Nawawi”.

      apakah anda meragukan keilmuan al-imaam Muslim rahimahullah?
      apakah anda meragukan keilmuan al-imam an-Nawawi rahimahullah?

      bagian manakah dari karya al-imaam Muslim dan al-imaam an-Nawawi rahimahumullaah yang tidak ilmiah?

      Justru yang tidak ilmiah komentar anda ^_^

    • Ini hadits shahih tapi hanya berlaku pada Nabi Muhammad karena para sahabat tidak pernah bertabarruk dengan selain Rasulullah.
      Kalau memang bertabarruk dengan orang shalih diperbolehkan pasti para sahabt juga bertabarruk epada Abu Bakar karena beliau adalah yg paling utama dari sahabat yg lain
      nyatanya tidakkan??

  2. Assalamualaikum,

    Anda memberi contoh tentang Rasulullah kemudian anda kiaskan kepada orang-orang soleh yang lain. Pendapat ini adalah salah.

    Asma’ binti Abi Bakar radhiyallaah ‘anhaa mengambil jubah Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam. Baginda adalah Rasul. Anda tak boleh samakan Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam dengan ahli-ahli soleh yang lain.

    Saya sendiri berpegang apa yang Asma’ binti Abi Bakar lakukan adalah salah kerana baginda Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam telah wafat. Lainlah jika Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam masih hidup.

    Sila rujuk http://www.al-fikrah.net/index.php?name=Forums&file=viewtopic&t=3751&postdays=0&postorder=asc&highlight=tabarruk&start=0

    Jika anda ada persoalan boleh tanya di situ. Mungkin ada hamba Allah yang membantu.

    • Anda berkata: “Saya sendiri berpegang apa yang Asma’ binti Abi Bakar lakukan adalah salah kerana baginda Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam telah wafat. Lainlah jika Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam masih hidup.”

      Saya sangat terkejut bahwasanya ucapan ini muncul dari lisan seorang yang mengaku muslim.

      Dari pernyataan anda, sangat terlihat sekali Anda adalah seorang pembenci dan pencela Sahabat Rasulillaah shollallaah ‘alaih wa sallam, yang pada kasus ini Anda mencela Sayyidah Asma’ binti Abu Bakr radhiyallaah ‘anha, wanita mulia putri dari sahabat mulia sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyyallaah ‘anhu.

      • erm… dimana saya tulis saya pembenci Saidatina Asma’ binti Abu Bakr radhia Allah hu anha?

        Saya tulis saya tidak bersetuju dengan perbuatan beliau.

        Jika saya tidak bersetuju dengan apa yang anda tulis, adakah itu bermaksud saya membenci dan mencela anda?

        Jika saya tidak bersetuju dengan pendapat atau perbuatan rakan-rakan saya itu tidak bermaksud saya membenci atau mencela mereka.

  3. Ini komentar paling bodoh yang pernah ane lihat dari wahaby:
    “Saya sendiri berpegang apa yang Asma’ binti Abi Bakar lakukan adalah salah kerana baginda Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam telah wafat. Lainlah jika Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam masih hidup.”

    Ente tau apa dibanding sahabiyah Asma’ tentang syariat? Gitu ngaku-ngaku ikut pemahaman sahabat. Lah, ini sahabat disalah-salahkan! Dasar pembohong umat!

    Inilah cara berargumen kaum Wahabi ini. Kadang mereka mengatakan, hal itu tidak dilakukan para Imam! Namun katika ada masalah yang dilakukan oleh para Imam yang tidak cocok dengan dia akhirnya ganti,”ini tidak dilakukan generasi awal. Kalau seandainya baik, tentu dilakukan oleh mereka.” Ketika ditunjukkan hujjah bahwa generasi awal ada yang melakukan dan para sahabat tidak mengingkari hal itu. Maka argumen wahaby berubah,”Mereka itu salah!!!”

    Sebetulnya intinya bukan mengikuti generasi awal atau tidak, namun sesuai nggak dengan fatwa tokoh-tokoh mereka yang hidup di akhir zaman.

    Inilah yang membuktikan bahwa sebenarnya mereka tidak memahami syariat ini seperti yang pemahaman para sahabat dan generasi awal. Yang justru sesaui dengan amalan generasi awal adalah mayotitas ulama dan pengikut 4 madzhab.

    • Tunggu dulu. Mana saudara/i tahu saya memegang pendapat wahabi?

      Dalam Sahih Muslim diriwayatkan bahawa Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam
      mendapati Ummu Sulaim mengumpul peluhnya Rasulullah saw yang
      mulia pada suatu bekas ketika Baginda saw tidur di atas sebuah
      permaidani di rumahnya. Maka apabila Baginda saw bangun dari
      tidurnya, beliau berkata: “Apa yang telah engkau lakukan ini, wahai
      Ummu Sulaim?” Beliau berkata: “Wahai Rasulullah, kami
      mengumpulnya mengharapkan barakah untuk anak-anak kami.” Lalu
      Baginda saw berkata: “Bahkan engkau benar.”

      Lihat bagaimana Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam mengesahkan apa yang Ummu Sulaim lakukan. Tiada siapa yang boleh membangkangnya kerana Nabi sendii mengesahkannya.

      Saya tak pasti pendapat saya yang mana saudara/i bangkang? Yang ini:
      “Saya sendiri berpegang apa yang Asma’ binti Abi Bakar lakukan adalah salah kerana baginda Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam telah wafat. Lainlah jika Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam masih hidup.”
      atau seluruh komentar saya.

      Jika petikan yang diatas mungkin berlaku khilaf kerana itu jubah yang diguna baginda tetapi saya tidak memegang pendapat Asma’ binti Abi Bakar.

      Tetapi jika anda membenarkan tabarruk dengan orang-orang soleh yang lain. Sila bentangkan mana-mana hadis yang membenarkan Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam untuk bertabaruk dengan orang-orang salih selain baginda?

      Anda kena tahu beza antara perkara khilaf (sentuh wanita batal wuduk, qunut subuh dan lain-lain) dengan perkara yang benar-benar bertentangan dengan akidah Islam.

      Ingin tahu adakah anda biasa melabelkan orang lain sebagai wahabi jika berbeza pendapat dengan anda kerana Ingin saya ingatkan anda sekali lagi tentang perkara yang dikhilafkan ulama 4 mazhab dengan perkara yang benar-benar bertentangan dengan akidah Islam.

      p/s : Saya bukan pengikut wahabi 🙂

      • Bagaimana dengan perbuatan perbuatan yg dilakukan sahabt setelah Nabi wafat seperti pembukuan Al-Qur’an, pengumpulan hadist, sholat tarawih 20 rakaat dll? apakah yg di lakukan sahabt tersebut salah karena di lakukan setelah Nabi wafat?

  4. Hadits Umu Sulaim menunjukkan bahwa bertabaruk di masa nabi hidup itu boleh, karena iqrar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Tapi tidak menunjukkan bahwa bertabaruk kepada beliau setelah wafat dilarang, Kalau hendak melarang anda perlu dalil lainnya. Dan tidak ada ternyata dalil yang melarang yang ada malah dalil yang membolehkan, yakni perbuatan Asma yang tidak diingkari oleh para sahabat lainnya.

    Dan ini menunjukkan bahwa wahaby memang pemahamannya bertentangan dengan pemahaman sahabat. Asma lebih paham mengenai sunnah nabi dibanding wahabiyun. Kalau hal itu hanya berlaku sewaktu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam hidup tentu Asma meninggalkannya.

    Walhasil, tabaruk dengan peninggalan Rasulullah boleh menurut pemahan sahabat dan para ulama.

    Sedangkan wahabiyun cakap bahwa ini adalah bid’ah yang menjerumus kepada kesyirikan. Sila jer. Namun ingaaaaaat….jangan sekali-kali menyatakan lagi sebagai pengikut sahabat.radhiyallahu anhum! Oke? Kamilah sesungguhnya yang mengikuti pamahan salaf.

    Nah, kalau ente masih memandang bahwa tabarruk khusus untuk Rasulullah, maka perlu dalil yang menjelaskan bahwa hal itu khususiyah. Karena menurut ushul fiqh pada asalnya apa yang dinisbatkan kepada Rasulullah bukan khusiyah, kecuali ada dalilnya. Nah, sebutkan dalil bahwa itu khususiyah.

    Nah, kalau bukan khususiyah bisa berlaku bagi orang lain. Makanya, Imam An Nawawi menyatakan bahwa hadits di atas menunjukkan bahwa boleh tabaruk dengan bekas orang shalih, dimasa hidup dan meninggalnya. Itulah logika para fuqaha yang menggunakan ilmu ushul.

    • “Karena menurut ushul fiqh pada asalnya apa yang dinisbatkan kepada Rasulullah bukan khusiyah, kecuali ada dalilnya. Nah, sebutkan dalil bahwa itu khususiyah.”

      OK anda betul mengenai khususiyah itu. Saya ingin berkongsi satu weblog dengan anda. Saya memegang pendapat yang sama dengan pendapat penulis weblog ini:

      Sunah Tahnik

      🙂

      • Apa yang antum hendak katakan dengan tulisan albaruhiyy itu, silahkan di sampaikan di sini. Jangan hanya titip link saja.

        Kalau anda menyatakan bahwa kaidah ushul mengenai khususiyah itu benar, tentu anda mau tidak mau harus meninggalkan pandapat anda yang menilai tabarruk kepada orang shalih bid’ah atau pendapat anda yang menyalah-nyalahkan Asma’ radhiyallahu anha! (untuk masalah Asma ini anda perlu bertaubat)

        Kalau masih memandang tabbarruk kepada orang shalih bid’ah atau menjurus musyrik, karena hal itu khusus bagi Rasulullah ane minta anda tunjukkan dalil dari Sunnah bahwa tabarruk merupakan khususiyah Rasul saja

        …kite tunggu neh….

  5. Saya quote dari link yang saya beri mengenai pendapat tabbaruk dengan orang-orang soleh. Saya memegang pendapat seperti ini.

    “Ya, ada nas-nas daripada al-Qur’an dan al-Sunnah yang juga menunjukkan bahawa wujud benda-benda yang diturunkan keberkatan oleh Allah kepadanya. Sama ada tempat, masa atau makhluk-makhluk dari kalangan manusia. Sheikh Soleh bin Abdul Aziz (Lihat al-Tamhid, hlm 125-127) menjelaskan, berkat yang dijadikan oleh Allah ada dua bahagian :
    i. Berkat pada tempat atau masa. Seperti Allah Taala memberkati Baitillahilharam dan memberkati kawasan sekeliling Masjidil Aqsa. Maksud berkat di sini adalah dari segi makna dalaman, iaitu ada kebaikan yang banyak dan berkekalan di dalamnya. Dengan kata lain, keberkatannya adalah untuk tujuan beribadat padanya. Begitu juga keberkatan pada masa atau waktu. Allah memberkati bulan Ramadan dengan makna barangsiapa yang melaksanakan ibadat setulusnya dalam bulan ini, nescaya akan mencapai kebaikan dan ganjaran pahala yang berlipat ganda.
    ii. Berkat pada manusia. Iaitu berkat yang dijadikan Allah pada diri orang-orang mukmin. Dimulai oleh berkat pada diri Rasulullah s.a.w. dan para nabi serta rasul-rasul alaihimussalam. Berkat mereka adalah berkat pada zat, iaitu jasad dan tubuh mereka adalah berkat. Manakala selain daripada mereka, keberkatan orang yang beriman bukan pada zat mereka. Berkat pada mereka merujuk kepada berkat amalan, keimanan, ilmu dan dakwah mereka.”

    Kalau anda baca lagi link dari blog di atas:

    “Tetapi jika kita melihat hadis-hadis atau athar para sahabat, selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. tiada satu pun cerita yang diriwayatkan mengisahkan orang ramai berjumpa para sahabat besar seperti Abu Bakr, Umar, Uhtman, Ali dan lain-lain untuk meminta mereka melakukan tahnik kepada bayi-bayi yang baru dilahirkan. Ini jelas membuktikan bahawa perbuatan meminta orang-orang soleh atau alim ulama melakukan tahnik tidak dilakukan oleh para al-salaf al-soleh. Justeru, bapa atau ibu kepada bayi tersebut boleh melakukan sunnah tahnik sendiri tanpa perlu pergi mencari ustaz-ustaz untuk melakukannya.”

    Anda bertanya tentang dalil tabarruk hanya khusus kepada Rasullulah shollallaah ‘alaih wa sallam. Saya tidak pernah mendengar/membaca dalil seperti itu.

    Jadi saya tanya kepada anda untuk membawakan kepada saya dalil-dalil samada Rasullulah shollallaah ‘alaih wa sallam membenarkan tabarruk dengan orang selain baginda? Kita sedia tahu sahabat bertabarruk dengan baginda tetapi masalahnya ketika dizaman Rasullulah shollallaah ‘alaih wa sallam atau ketika zaman Salaf us-Saalih tidak ada orang yang berbuat seperti itu.

    Tentang Asma’ Binti Abu Bakar radhiallahu anha seperti yang saya katakan sebelum ini mungkin berlaku khilaf kerana itu jubah yang dipakai oleh Rasullulah shollallaah ‘alaih wa sallam ketika hidupnya.

    Saya kena adil di sini:

    “Dalam masalah tahnik, seeloknya bapa atau ibu atau ahli kelaurganya yang lain seperti datuk atau nenek kepada bayi itu sendiri yang melakukan tahnik. Adapun jika seseorang ingin juga meminta para ustaz atau ulama melakukan tahnik kepada bayinya, nasihat saya janganlah sampai menganggap kerana zat air liur atau tangan ustaz tersebut boleh membawa berkat kepada anaknya. Sekalipun ada ulama yang mengatakan sunat diminta kepada orang alim atau soleh melakukan tahnik untuk anak kita (Lihat al-Nawawi, Sharh sahih Muslim 1/462), namun perkara tersebut ditolak oleh ulama lain. Al-Nawawi ketika mensyarahkan hadis Anas bin Malik di atas menyebut beberapa pengajaran hadis tersebut. Antaranya beliau menggariskan sunat dilakukan tahnik oleh orang soleh lelaki atau wanita dan boleh tabarruk dengan kesan-kesan orang soleh. (al-Nawawi, Sharh sahih Muslim 7/269).”

    • Nah, ente terlihat banyak kontradiksi dalam berpendapat. Namun sebelum ane tunjukkan kontradiksi itu? Ane mau tanya dulu, apakah ente memahami bahwa tahniq sama dengan tabaruk? Hingga ikut ente masukkan dalam bahasan kita yang membahas masalah tabaruk?

      • saya faham tahnik berbeza dengan tabarruk. Saya kaitkan masalah tahnik dengan orang-orang soleh selain Rasullulah shollallaah ‘alaih wa sallam dalam masalah tabaruk.

        Jika anda baca posting saya diatas (yang saya quote dari albaruhiyy) sila lihat tentang bahagian mencari barakah dengan Rasullulah shollallaah ‘alaih wa sallam itu.

  6. Kita bahas satu persatu kontradiksi ente:
    Kontradiksi pertama:

    Ante setuju bahwa kaidah kaidah ushul menyakan bahwa apa-apa yang dinisbatkan kepada nabi bukan khususiyah, kecuali ada dalil yang menjelaskan bahwa hal itu khususiyah.

    Impilaksinya, tabarruk tidak ada dalil sunnah bahwa itu merupakan khususiyah, hingga bisa diterapkan kepada orang lain selain Rasulullah yang shaleh, menurut pendapat para ulama (kecuali wahabiyun).

    Tapi ente masih berpegang bahwa tabarruk kepada orang shaleh selain Rasulullah dilarang. Padahal ente tidak bisa menunjukkan juga bahwa ada dalil khususiyah. Malah copas artikel baru, yang juga tidak bisa menunjukkan adanya dalil khususiyah. Yang ane minta dalil khususiyah….

    • Saya tidak menjumpai apa-apa dalil khususiyah mengenai tabarruk.

      Saya cuma berpegang kepada pendapat seperti yang saya sudah nyatakan di atas dan di bawah. Meminum cawan yang sudah digunakan orang-orang soleh kerana menyangka ada barakah pada orang itu atau berdoa di kubur orang-orang soleh memohon kepada Allah kerana menyangka ada barakah pada kubur orang itu adalah bidaah.

      Bolehkah anda nafikan tidak ada juga dalil mengenai membenarkan tabarruk kepada orang-orang soleh?

  7. kalau bertabarruk kepada nabi itu boleh karena ada anjurkan, kenapa bertabarruk dengan selain nabi itu bisa jadi boleh, kan tidak ada anjuran, apakah parasahabat (baik nabi masih hidup atau sudah wafat) pernah bertabarruk pada selain nabi. . ?
    Mohon penjelasan dan dalil-dalilnya. .

Tinggalkan komentar